Friday, 1 May 2015

6/7.5 Beberapa Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan

6/7.5 Beberapa Indikator Kesenjangan dan Kemiskinan 

1. Indikator kemiskinan

a.   Versi Bank Dunia

Kemiskinan diukur secara ekonomi berdasarkan penghasilan yang diperoleh maksimal US$ 2 per hari

b.   Versi International Labour Organization (ILO)

Orang miskin di pedesaan jika pendapatan maksimal US$ 0,8 per hari

c.   Versi BKKBN

a. Tidak dapat menjalankan ibadah menurut agamanya

b. Seluruh keluarga tidak mampu makan dua kali sehari

c. Seluruh anggota keluarga tidak mempunyai pakaian berbeda untuk di rumah  bekerja, sekolah dan berpergian

d. Bagian terluas rumahnya terdiri atas tanah

e. Tidak mampu membawa keluarga jika sakit ke sarana kesehatan

d.  Versi Dinas Kesehatan

a. Menambahkan kriteria tingkat akses pelayanan kesehatan pemerintah

b. Ada anggota keluarga yang putus sekolah atau tidak

c. Frekuensi makan makanan pokok per hari kurang dari dua kali

d. Kepala keluarga mengalami pemutusan hubungan kerja atau tidak

e.  Versi BPS

Mendefinisikan miskin berdasarkan tingkat konsumsi makanan kurang dari 2.100 kalori per-hari dan kebutuhan minimal non makanan (sandang, papan, kesehatan, dan  pendidikan). Secara ekonomi, BPS menetapkan penghasilan Rp. 175.324,- per-bulan sebagai batas miskin perkotaan dan Rp. 131.256,- di pedesaan

2. Indikator kesenjangan (pendekatan axiomatic)

KoefisienGini adalah metode yang paling sering digunakan untuk menghitung kesenjangan pendapatan. Nilai koefisien gini berada pada selang 0-1.

Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan)
Bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan

Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan

DAFTAR PUSTAKA
Azalea, Puput. 2014. Model Pengukuran dan Indikator Kemiskinan. Diakses pada 22 April 2015, pada https://www.academia.edu/8222267/MODEL_PENGUKURAN_DAN_INDIKATOR_KEMISKINAN

No comments:

Post a Comment